ANALISA
ASUHAN KEBIDANAN
Disusun oleh :
Nama : Ririn Saputri
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDY D4-BIDAN PENDIDIK
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2014/2015
Beberapa
bahaya pada kehamilan. Ini dapat mengakibatkan resiko pada kehamilan. Saya
mengambil beberapa contoh kasus dari jurnal yang cukup terpercaya
Simak ulasan singkat berikut ini.
PLASENTA
PREVIA
(plasenta
previa AE) adalah komplikasi obstetri yang plasenta dimasukkan sebagian atau
seluruhnya dalam segmen bawah rahim. Ini adalah penyebab utama perdarahan
antepartum (perdarahan vagina). Ini mempengaruhi sekitar 0,4-0,5% dari seluruh
tenaga kerja.
Pada trimester terakhir kehamilan tanah
genting rahim terbentang dan membentuk segmen bawah.
Dalam kehamilan normal plasenta tidak
menimpa. Jika plasenta tidak menimpa segmen bawah, seperti halnya dengan
plasenta previa, itu akan terpotong dan bagian kecil dapat berdarah.
B. Metode
Pengamatan
Penelitian
tersebut dilakukan di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB pada bulan Juli 2013.Adapun
desain penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah observasional
analitik. Dari segi waktu bersifat Cross Sectional, cara
pengumpulan data yaitu secara kuantitatif dengan melakukan penelusuran di buku
register dan format rekam medik pasien periode Januari sampai Desember 2012.
Populasi
penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami komplikasi persalinan
di Ruang Bersalin RSU Provinsi NTB pada tahun 2012 dengan jumlah 789 orang.
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu bersalin yang mengalami
komplikasi persalinan di Ruang Bersalin RSUP NTB tahun 2012. Cara pengambilan
sampel dengan Sistematik Random Sampling, sehingga didapatkan
jumlah sampel 89 sampel.
C. Hasil
Pengamatan
a. Analisis Univariat
Kejadian
Plasenta Previa, berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa dari total sampel
sebanyak 89 orang, sampel terbanyak adalah yang tidak mengalami plasenta previa
sebanyak 45 sampel (50,6%).Hal ini disebabkan karena sampel dari penelitian ini
diambil dari seluruh ibu yang mengalami komplikasi persalinan dengan
perbandingan lebih banyak komplikasi lain selain plasenta previa.
b.
Analisis
Bivariat
Umur
dengan Kejadian Plasenta Previa Usia kurang dari 20 tahun dan meningkatkan risiko
kejadian Menurut Manuaba IBG (2008)
c.
Jarak
Persalinan dengan Kejadian Plasenta Previa
Jarak
persalinan merupakan faktor risiko untuk terjadinya plasenta previa. dapat
dikarenakan kondisi endometrium di fundus uteri belum siap
menimplantasi, sehingga plasenta mencari tempat implantasi yang lebih baik.Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi Santoso tahun 2008 yang
mengatakan wanita dengan jarak kelahiran <24 bulan mempunyai kemungkinan 2
kali lebih besar untuk terjadinya plasenta previa
d. Riwayat Abortus dengan Kejadian
Plasenta Previa
Riwayat
abortus merupakan faktor risiko untuk terjadinya plasenta previa 3,04 kali
lebih besar dibandingkan ibu yang tidak memiliki riwayat abortus. disebabkan
karena endometrium dianggap mengalami luka atau kecacatan, apalagi pada ibu
riwayat abortus yang dilakukan tindak kuretase.Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Miller, yang menyatakan wanita dengan riwayat
abortus mempunyai risiko plasenta previa 4 kali lebih besar dibandingkan wanita
tanpa riwayat abortus.
SOLUSIO
PLASENTA
A. Definisi
a.
Trijatmo
Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta
b.
Pritchard
JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan
c.
Cunningham
dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio plasenta
menurut tingkat gejala klinisnya.
Etiologi
1.
Faktor
kardio-reno-vaskuler
2.
Faktor
trauma
3.
Faktor
paritas ibu
4.
Faktor
usia ibu
5.
Leiomioma
uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta
apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma
6.
Faktor
pengunaan kokain
7.
Faktor
kebiasaan merokok
8.
Riwayat
solusio plasenta sebelumnya
9.
Pengaruh
lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava
inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain
RUPTUREN
UTERI
A.
Definisi
Uterine pecah
adalah peristiwa berpotensi bencana saat melahirkan dimana integritas dinding
miometrium dilanggar. Dalam pecah lengkap peritoneum masih utuh. Dengan
pecahnya lengkap isi rahim dapat tumpah ke rongga peritoneum atau ligamentum
yang luas. Sebuah ruptur uteri adalah peristiwa yang mengancam hidup bagi ibu
dan bayi.
Sebuah pecah rahim biasanya terjadi selama persalinan aktif, tapi mungkin sudah berkembang selama akhir kehamilan.
Uterine dehiscence adalah kondisi serupa, tetapi melibatkan lapisan lebih sedikit, perdarahan kurang, dan kurang berisiko.
Sebuah pecah rahim biasanya terjadi selama persalinan aktif, tapi mungkin sudah berkembang selama akhir kehamilan.
Uterine dehiscence adalah kondisi serupa, tetapi melibatkan lapisan lebih sedikit, perdarahan kurang, dan kurang berisiko.
B.
Hasil
Pengamatan
Podewitz
dan Perrel mengemukakan bahwa rupture uteri pada pasien hamil pasca bedah
Caesar klasik dapat terjadi di luar persalinan dan usia kehamilan aterm.
Kejadian rupture uteri dengan insisi uterus transversal rendah umumnya kecil.
Scott(1991) mendapatkan 0,6 – 4 %, Cowan dkk (1994) mendapat 2,1% dan
beberapa peneliti lainnya.
Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap parut bekas bedah Caesar adalah macam sayatan bedah
Caesar primer ,indikasi bedah Caesar primer, letak plasenta, parut berulang,
derajat ketegangan uterus, jarak antara dua kehamilan dan morbiditas febris
pasca bedah Caesar primer.
Secara
umum gejala rupture uteri berupa terpisahnya parut uterus yang diikuti gawat
janin dan berlanjut dengan hilangnya tanda kahidupan janin, kemudian
berturut-turut perdarahan revagina, nyeri perut bawah, bagian janin teraba di
bawah kulit, presyok dan syok , nyeri segmen bawah uterus dan hematuria.
PREEKLAMSI
RINGAN
A. Definisi
Preeklampsi
ringan Adalah Suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ
yang berakhibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.
(Prawirohardjo, 2009. 543). Sedangkan menurut ilmu kebidanan praktis :61 Adalah
timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan / atau edema setelah umur
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul
sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.
B. Hasil Pengamatan
Preeklamsi
umumnya terjadinya pada kehamilan yang pertama kali,kehamilan di usia remaja
dan kehamilan pada wanita di atas 40 tahun. Faktor resiko yang lain :
1.
Riwayat
kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthristis
2.
Riwayat
tekanan darah tinggi yang kronik sebelum kehamilan
3.
Kegemukan
4.
Riwayat
mengalami preeklamsia sebelumnya
5.
Riwayat
preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan
6.
Mengandung
lebih dari satu orang bayi
Gejala dan tanda preeklampsia ringan
yaitu:
a.
Tekanan
darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan setiap 6
iam.
b.
Tekanan
darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan setiap 6
jam.
c.
Kenaikan
berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu.
d.
Proteinuria
0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada urin kateter
atau urin aliran pertengahan.
Gejalanya umum yang terjadi pada
preeklamsia ringan adalah seperti bengkak pada kaki dan tangan ,protein pada
urine dan tekanan darah tinggi. Selain itu ada pula cirri-ciri lain yang perlu
diwaspadai seperti :
1.
Sakit
kepala yang berat
2.
Berat
badan meningkat secara drastis akibat penimbunan cairan dalam tubuh
3.
Nyeri
perut
4.
Penurunan
produksi kencing atau bahkan tidak kencing sama sekali
5.
Perubahan
pada reflek
6.
Ada darah pada air kencing
7.
Pusing
Preeklamsia
dapat menyebabkan gangguan peredaran darah pada plasenta. Hal ini akan
menyebabkan berat badan bayi yang dilahirkan relatif kecil, selain itu jugab
menyebabkan terjadinya kelahiran prematur dan komplikasi lanjutan .
PREEKLAMSI
BERAT
A. Definisi
Preeklampsia
berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmhg atau lebih disertai proteinuria dan atau edema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih menurut ilmu kebidanan praktis.63. Sedangkan
menurut Prawirohardjo ( 2009. 544) adalah preeklampsia dengan tekanan darah
sistolik > 160 mmHg dan tekanan darah diastolic > 110 mmHg disertai
proteinuria lebih 5 g/ 24 jam.
B. Perumusan Masalah
Tujuan utama
penanganan ialah mencegah terjadinya preeklampia berat dan eklamsia, melahirkan
janin hidup dengan trauma sekecil-kecilnya. Walaupun timbulnya preeklamsia
tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan mendeteksi
dini adanya Pre- Eklampsia melalui perawatan kehamilan yang baik yang meliputi
3 aspek pokok yaitu aspek Medis, Pendidikan Kesehatan dan rujukan pada wanita
hamil. Salah
satu predisposisi terjadinya pre-eklapsia berat adalah ibu primigravida atau
hamil pertama kali.
C. Hasil Pengamatan
Gejala dan tanda preeklampsia berat.
a.
Tekanan
darah 160/110 mmHg
b.
Oliguria,
urin < 400 cc/24 jam.
c.
Proteinuria
lebih dari 3 gr/liter
·
Etiologi dan Patofisiologi
Sebab preeklampsia dan eklampsia sampai
sekarang belum diketahui. tidak ada yang memberikan jawabanyang memuaskan.
·
Patogenesis PIH ( Pregnancy-Induced
Hypertension )
Etiologi PIH tidak diketahui tetapi
semakin banyak bukti bahwa gangguan ini disebabkan oleh gangguan imunologik
dimana produksi antibodi penghambat berkurang. Hal ini dapat
menghambat invasi arteri spiralis ibu oleh trofoblas sampai batas tertentu
hingga mengganggu fungsi placenta.
1.
Faktor
Predisposisi
a.
Faktor usia:
Faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya preeklampsia/ eklampsia. Usia
wanita remaja pada kehamilan pertama atau nulipara umur belasan tahun dan
manita hamil yang berusia diatas 35 tahun memiliki resiko yang lebih besar
terkena preeklamsi.
b.
Faktor sosial ekonomi
: Meskipun Chesley (1974) tidak sependapat, beberapa ahli menyimpulkan bahwa
wanita dengan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik akan lebih jarang
menderita preeclampsia. Status social mempunyai risiko yang sama, tetapi
kelompok masyarakat yang miskin biasanya tidak mampu untuk membiayai perawatan
kesehatan sebagai mana mestinya. Bahkan orang miskin tidak percaya dan tidak
mau menggunakan fasilitas pelayanan medis walupun tersedia. Mereka itulah yang
mempunyai risiko untuk mengalami eklampsia.
c.
Faktor genetika
: Terdapat bukti bahwa pre-eklampsia merupakan penyakit yang diturunkan
penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita
eklampsia. Atau mempunyai riwayat
preeklampsia/eklampsia dalam keluarga.
EKLAMSIA
A. Definisi
B. Hasil Pengamatan
Dari
hasil uji statistik untuk menganalisa hubungan antara usia terhadap
preeklampsia dengan bantuan computer menggunakan uji Koefisien Kontingensi.
Hubungan
atau korelasi antara usia terhadap preeklampsia mempunyai tingkatan rendah. Hal
tersebut sesuai dengan Gunawan S (2010), bahwa usia yang baik untuk hamil dan
bersalin adalah antara 20-35 tahun, pada usia tersebut alat reproduksi wanita
telah berkembang dan berfungsi secara maksimal. Sebaliknya pada wanita dengan
usia < 20 tahun atau >35 tahun kurang baik untuk hamil maupun melahirkan
karena kehamilan pada usia ini memiliki resiko tinggi terjadinya keguguran,
atau kegagalan persalinan, bahkan bisa menyebabkan kematian. Pada wanita dengan
usia < 20 tahun perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologisnya
belum optimal serta belum tercapainya emosi dan kejiwaan yang cukup matang dan
akhirnya akan mempengaruhi janin yang dikandungnya hal ini akan meningkatkan
terjadinya gangguan kehamilan dalam bentuk preeklampsia dan eklampsia akibat
adanya gangguan sel endotel, selain itu preeklampsia juga terjadi pada usia
> 35 tahun diduga akibat hipertensi yang diperberat oleh kehamilan.
Oleh karena itu insiden hipertensi meningkat diatas 35 tahun hal ini menurut
Rochjati,P (2003), disebabkan terjadinya perubahan pada jaringan alat-alat
kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi, selain itu menurut Potter,PA
(2005), juga diakibatkan karena tekanan darah yang meningkat seiring dengan
pertumbuhan usia sehingga pada usia> 35 tahun atau lebih rentan terjadinya
berbagai penyakit dalam bentuk hipertensi dan eklampsia.
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan opini bahwa preeklamsia
sering terjadi terjadi pada usia tua atau diatas 35 tahun karena pada usia
tersebut selain terjadi kelemahan fisik dan terjadi perubahan pada jaringan dan
alat kandungan serta jalan lahir tidak lentur lagi. Pada usia tersebut
cenderung didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu salah satunya hipertensi,
hal ini mungkin dikarenakan tekanan darah tinggi yang meningkat seiring dengan
penambahan usia oleh karena itu kita sebagai bidan perlu tingkatkan dalam
pelayanan kebidanan khususnya untuk pencegahan preeklamsia yaitu memberikan
penyuluhan kepada ibu-ibu hamil untuk meemeriksakan kehamilan secara teratur,
sehingga lebih awal terdeteksi dan mendapat penanganan secara dini, tetapi
preeklamsia juga bisa terjadi pada usia reproduksi yang sehat antara 20-35
tahun, kesenjangan ini mungkin terjadi karena preeklamsia dipengaruhi oleh
banyak faktor diantaranya faktor genetik, paritas, kehamilan ganda dan
lain-lain.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Cunningham, F. Gary [et.al..]. 2005.
Obstetri Williams. Jakarta : EGC
3. Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N. Penatalaksanaan
Perdarahan Antepartum. Bagian Obstetri dan Ginekologi
FK UNHAS; 1997. 3-8.
4. Pritchard JA, MacDonald PC, Gant NF.
Williams Obstetrics, 20th ed. R Hariadi, R Prajitno Prabowo, Soedarto,
penerjemah. Obstetri Williams. Edisi 20. Surabaya: Airlangga University Press,
2001; 456-70.
6. Gray, Huon H [et.al..]. 2009. Kardiologi.
Jakarta : Penerbit Erlangga
7. Moechtar R. Pedarahan Antepartum.
Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri Patologis,
Edisi II. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998; 279