Kamis, 30 April 2015

Plasenta Previa, Solusio Plasenta, Ruptur Uteri, Preeklamsia, Eklamsia

Diposting oleh Unknown di 19.25 0 komentar


ANALISA
ASUHAN KEBIDANAN



Disusun oleh :
      Nama         : Ririn Saputri                   
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDY D4-BIDAN PENDIDIK
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2014/2015



      Beberapa bahaya pada kehamilan. Ini dapat mengakibatkan resiko pada kehamilan. Saya mengambil beberapa contoh kasus dari jurnal yang cukup terpercaya
Simak ulasan singkat berikut ini.

PLASENTA PREVIA
A.    Definisi
            (plasenta previa AE) adalah komplikasi obstetri yang plasenta dimasukkan sebagian atau seluruhnya dalam segmen bawah rahim. Ini adalah penyebab utama perdarahan antepartum (perdarahan vagina). Ini mempengaruhi sekitar 0,4-0,5% dari seluruh tenaga kerja.

Pada trimester terakhir kehamilan tanah genting rahim terbentang dan membentuk segmen bawah.

Dalam kehamilan normal plasenta tidak menimpa. Jika plasenta tidak menimpa segmen bawah, seperti halnya dengan plasenta previa, itu akan terpotong dan bagian kecil dapat berdarah.

B.     Metode Pengamatan
            Penelitian tersebut dilakukan di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB pada bulan Juli 2013.Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah observasional analitik. Dari segi waktu bersifat Cross Sectional, cara pengumpulan data yaitu secara kuantitatif dengan melakukan penelusuran di buku register dan format rekam medik pasien periode Januari sampai Desember 2012.

            Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami komplikasi persalinan di Ruang Bersalin RSU Provinsi NTB pada tahun 2012 dengan jumlah 789 orang. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu bersalin yang mengalami komplikasi persalinan di Ruang Bersalin RSUP NTB tahun 2012. Cara pengambilan sampel dengan Sistematik Random Sampling, sehingga didapatkan jumlah sampel 89 sampel.

C.     Hasil Pengamatan
a.       Analisis Univariat
            Kejadian Plasenta Previa, berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa dari total sampel sebanyak 89 orang, sampel terbanyak adalah yang tidak mengalami plasenta previa sebanyak 45 sampel (50,6%).Hal ini disebabkan karena sampel dari penelitian ini diambil dari seluruh ibu yang mengalami komplikasi persalinan dengan perbandingan lebih banyak komplikasi lain selain plasenta previa.

b.      Analisis Bivariat
            Umur dengan Kejadian Plasenta Previa Usia kurang dari 20 tahun dan meningkatkan risiko kejadian Menurut Manuaba IBG (2008)

c.       Jarak Persalinan dengan Kejadian Plasenta Previa
            Jarak persalinan merupakan faktor risiko untuk terjadinya plasenta previa. dapat dikarenakan kondisi endometrium di fundus uteri belum siap menimplantasi, sehingga plasenta mencari tempat implantasi yang lebih baik.Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi Santoso tahun 2008 yang mengatakan wanita dengan jarak kelahiran <24 bulan mempunyai kemungkinan 2 kali lebih besar untuk terjadinya plasenta previa

d.      Riwayat Abortus dengan Kejadian Plasenta Previa
            Riwayat abortus merupakan faktor risiko untuk terjadinya plasenta previa 3,04 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak memiliki riwayat abortus. disebabkan karena endometrium dianggap mengalami luka atau kecacatan, apalagi pada ibu riwayat abortus yang dilakukan tindak kuretase.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Miller, yang menyatakan wanita dengan riwayat abortus mempunyai risiko plasenta previa 4 kali lebih besar dibandingkan wanita tanpa riwayat abortus.


SOLUSIO PLASENTA
A.    Definisi


            Terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang implantasinya normal, sebelum janin dilahirkan, pada masa kehamilan atau persalinan, disertai perdarahan pervaginam, pada usia kehamilan  20 minggu.

B.     Hasil Pengamatan


Klasifikasi
a.       Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta
b.      Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan
c.       Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya.

Etiologi
1.      Faktor kardio-reno-vaskuler
2.      Faktor trauma
3.      Faktor paritas ibu
4.      Faktor usia ibu
5.      Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma
6.      Faktor pengunaan kokain
7.      Faktor kebiasaan merokok
8.      Riwayat solusio plasenta sebelumnya
9.      Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain


RUPTUREN UTERI
A.    Definisi

            Uterine pecah adalah peristiwa berpotensi bencana saat melahirkan dimana integritas dinding miometrium dilanggar. Dalam pecah lengkap peritoneum masih utuh. Dengan pecahnya lengkap isi rahim dapat tumpah ke rongga peritoneum atau ligamentum yang luas. Sebuah ruptur uteri adalah peristiwa yang mengancam hidup bagi ibu dan bayi.
Sebuah pecah rahim biasanya terjadi selama persalinan aktif, tapi mungkin sudah berkembang selama akhir kehamilan.
Uterine dehiscence adalah kondisi serupa, tetapi melibatkan lapisan lebih sedikit, perdarahan kurang, dan kurang berisiko.

B.     Hasil Pengamatan
           Podewitz dan Perrel mengemukakan bahwa rupture uteri pada pasien hamil pasca bedah Caesar klasik dapat terjadi di luar persalinan dan usia kehamilan aterm. Kejadian rupture uteri dengan insisi uterus transversal rendah umumnya kecil. Scott(1991) mendapatkan 0,6 – 4 %, Cowan dkk (1994) mendapat 2,1%  dan beberapa peneliti lainnya.
           Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap parut bekas bedah Caesar adalah macam sayatan bedah Caesar primer ,indikasi bedah Caesar primer, letak plasenta, parut berulang, derajat ketegangan uterus, jarak antara dua kehamilan dan morbiditas febris pasca bedah Caesar primer.
           Secara umum gejala rupture uteri berupa terpisahnya parut uterus yang diikuti gawat janin dan berlanjut dengan hilangnya tanda kahidupan janin, kemudian berturut-turut perdarahan revagina, nyeri perut bawah, bagian janin teraba di bawah kulit, presyok dan syok , nyeri segmen bawah uterus dan hematuria.


PREEKLAMSI RINGAN
A.    Definisi
            Preeklampsi ringan Adalah Suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakhibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel. (Prawirohardjo, 2009. 543). Sedangkan menurut ilmu kebidanan praktis :61 Adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan / atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.

B.     Hasil Pengamatan
            Preeklamsi umumnya terjadinya pada kehamilan yang pertama kali,kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita di atas 40 tahun. Faktor resiko yang lain :
1.      Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthristis
2.      Riwayat tekanan darah tinggi yang kronik sebelum kehamilan
3.      Kegemukan
4.      Riwayat mengalami preeklamsia sebelumnya
5.      Riwayat preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan
6.      Mengandung lebih dari satu orang bayi

Gejala dan tanda preeklampsia ringan yaitu:
a.       Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan setiap 6 iam.
b.      Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan setiap 6 jam.
c.       Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu.
d.      Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.

Gejalanya umum yang terjadi pada preeklamsia ringan adalah seperti bengkak pada kaki dan tangan ,protein pada urine dan tekanan darah tinggi. Selain itu ada pula cirri-ciri lain yang perlu diwaspadai seperti :
1.      Sakit kepala yang berat
2.      Berat badan meningkat secara drastis akibat penimbunan cairan dalam tubuh
3.      Nyeri perut
4.      Penurunan produksi kencing atau bahkan tidak kencing sama sekali
5.      Perubahan pada reflek
6.      Ada darah pada air kencing
7.      Pusing

      Preeklamsia dapat menyebabkan gangguan peredaran darah pada plasenta. Hal ini akan menyebabkan berat badan bayi yang dilahirkan relatif kecil, selain itu jugab menyebabkan terjadinya kelahiran prematur dan komplikasi lanjutan .


PREEKLAMSI BERAT
A.    Definisi
            Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmhg atau lebih disertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih menurut ilmu kebidanan praktis.63. Sedangkan menurut Prawirohardjo ( 2009. 544) adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan tekanan darah diastolic > 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/ 24 jam.

B.     Perumusan Masalah
            Tujuan utama penanganan ialah mencegah terjadinya preeklampia berat dan eklamsia, melahirkan janin hidup dengan trauma sekecil-kecilnya. Walaupun timbulnya preeklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan mendeteksi dini adanya Pre- Eklampsia melalui perawatan kehamilan yang baik yang meliputi 3 aspek pokok yaitu aspek Medis, Pendidikan Kesehatan dan rujukan pada wanita hamil. Salah satu predisposisi terjadinya pre-eklapsia berat adalah ibu primigravida atau hamil pertama kali.

C.     Hasil Pengamatan
Gejala dan tanda preeklampsia berat.
a.       Tekanan darah 160/110 mmHg
b.      Oliguria, urin < 400 cc/24 jam.
c.       Proteinuria lebih dari 3 gr/liter

·         Etiologi dan Patofisiologi
Sebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. tidak ada yang memberikan jawabanyang memuaskan.
·         Patogenesis PIH ( Pregnancy-Induced Hypertension )
Etiologi PIH tidak diketahui tetapi semakin banyak bukti bahwa gangguan ini disebabkan oleh gangguan imunologik dimana produksi antibodi penghambat berkurang. Hal ini dapat menghambat invasi arteri spiralis ibu oleh trofoblas sampai batas tertentu hingga mengganggu fungsi placenta.

1.      Faktor Predisposisi
a.      Faktor usia: Faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya preeklampsia/ eklampsia. Usia wanita remaja pada kehamilan pertama atau nulipara umur belasan tahun dan manita hamil yang berusia diatas 35 tahun memiliki resiko yang lebih besar terkena preeklamsi.
b.      Faktor sosial ekonomi : Meskipun Chesley (1974) tidak sependapat, beberapa ahli menyimpulkan bahwa wanita dengan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik akan lebih jarang menderita preeclampsia. Status social mempunyai risiko yang sama, tetapi kelompok masyarakat yang miskin biasanya tidak mampu untuk membiayai perawatan kesehatan sebagai mana mestinya. Bahkan orang miskin tidak percaya dan tidak mau menggunakan fasilitas pelayanan medis walupun tersedia. Mereka itulah yang mempunyai risiko untuk mengalami eklampsia.
c.       Faktor genetika : Terdapat bukti bahwa pre-eklampsia merupakan penyakit yang diturunkan penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita eklampsia. Atau mempunyai riwayat preeklampsia/eklampsia dalam keluarga.


EKLAMSIA
A.    Definisi
            Eklamsi adalah masalah serius pada masa kehamilan akhir yang ditandai dengan kejang tonik klonik atau bahkan koma. Eklampsia merupakan akibat yang ditimbulkan oleh pre-eklampsia dengan persentase kemunculan antara 0,3% sampai 0,7% pada negara berkembang. Seperti pre-eklampsia, penyebab pasti eklampsia belum diketahui sehingga menjadi sulit untuk dicegah kemunculannya.

B.     Hasil Pengamatan
            Dari hasil uji statistik untuk menganalisa hubungan antara usia terhadap preeklampsia dengan bantuan computer menggunakan uji Koefisien Kontingensi.

            Hubungan atau korelasi antara usia terhadap preeklampsia mempunyai tingkatan rendah. Hal tersebut sesuai dengan Gunawan S (2010), bahwa usia yang baik untuk hamil dan bersalin adalah antara 20-35 tahun, pada usia tersebut alat reproduksi wanita telah berkembang dan berfungsi secara maksimal. Sebaliknya pada wanita dengan usia < 20 tahun atau >35 tahun kurang baik untuk hamil maupun melahirkan karena kehamilan pada usia ini memiliki resiko tinggi terjadinya keguguran, atau kegagalan persalinan, bahkan bisa menyebabkan kematian. Pada wanita dengan usia < 20 tahun perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologisnya belum optimal serta belum tercapainya emosi dan kejiwaan yang cukup matang dan akhirnya akan mempengaruhi janin yang dikandungnya hal ini akan meningkatkan terjadinya gangguan kehamilan dalam bentuk preeklampsia dan eklampsia akibat adanya gangguan sel endotel, selain itu preeklampsia juga terjadi pada usia > 35 tahun diduga akibat hipertensi yang diperberat oleh kehamilan.            Oleh karena itu insiden hipertensi meningkat diatas 35 tahun hal ini menurut Rochjati,P (2003), disebabkan terjadinya perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi, selain itu menurut Potter,PA (2005), juga diakibatkan karena tekanan darah yang meningkat seiring dengan pertumbuhan usia sehingga pada usia> 35 tahun atau lebih rentan terjadinya berbagai penyakit dalam bentuk hipertensi dan eklampsia.

            Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan opini bahwa preeklamsia sering terjadi terjadi pada usia tua atau diatas 35 tahun karena pada usia tersebut selain terjadi kelemahan fisik dan terjadi perubahan pada jaringan dan alat kandungan serta jalan lahir tidak lentur lagi. Pada usia tersebut cenderung didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu salah satunya hipertensi, hal ini mungkin dikarenakan tekanan darah tinggi yang meningkat seiring dengan penambahan usia oleh karena itu kita sebagai bidan perlu tingkatkan dalam pelayanan kebidanan khususnya untuk pencegahan preeklamsia yaitu memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu hamil untuk meemeriksakan kehamilan secara teratur, sehingga lebih awal terdeteksi dan mendapat penanganan secara dini, tetapi preeklamsia juga bisa terjadi pada usia reproduksi yang sehat antara 20-35 tahun, kesenjangan ini mungkin terjadi karena preeklamsia dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya faktor genetik, paritas, kehamilan ganda dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Cunningham, F. Gary [et.al..]. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
2.      Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP
3.      Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N. Penatalaksanaan Perdarahan Antepartum. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNHAS; 1997. 3-8.
4.      Pritchard JA, MacDonald PC, Gant NF. Williams Obstetrics, 20th ed. R Hariadi, R Prajitno Prabowo, Soedarto, penerjemah. Obstetri Williams. Edisi 20. Surabaya: Airlangga University Press, 2001; 456-70.
5.      Brudenell, Michael. 1996. Diabetes pada Kehamilan. Jakarta : EGC
6.      Gray, Huon H [et.al..]. 2009. Kardiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga
7.      Moechtar R. Pedarahan Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri Patologis, Edisi II. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998; 279
8.      Chalik TMH. Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika, 1997; 109-26.

 Selamat dan Semangat Belajar. Terimakasih :)


Kamis, 30 April 2015

Plasenta Previa, Solusio Plasenta, Ruptur Uteri, Preeklamsia, Eklamsia



ANALISA
ASUHAN KEBIDANAN



Disusun oleh :
      Nama         : Ririn Saputri                   
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDY D4-BIDAN PENDIDIK
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2014/2015



      Beberapa bahaya pada kehamilan. Ini dapat mengakibatkan resiko pada kehamilan. Saya mengambil beberapa contoh kasus dari jurnal yang cukup terpercaya
Simak ulasan singkat berikut ini.

PLASENTA PREVIA
A.    Definisi
            (plasenta previa AE) adalah komplikasi obstetri yang plasenta dimasukkan sebagian atau seluruhnya dalam segmen bawah rahim. Ini adalah penyebab utama perdarahan antepartum (perdarahan vagina). Ini mempengaruhi sekitar 0,4-0,5% dari seluruh tenaga kerja.

Pada trimester terakhir kehamilan tanah genting rahim terbentang dan membentuk segmen bawah.

Dalam kehamilan normal plasenta tidak menimpa. Jika plasenta tidak menimpa segmen bawah, seperti halnya dengan plasenta previa, itu akan terpotong dan bagian kecil dapat berdarah.

B.     Metode Pengamatan
            Penelitian tersebut dilakukan di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB pada bulan Juli 2013.Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah observasional analitik. Dari segi waktu bersifat Cross Sectional, cara pengumpulan data yaitu secara kuantitatif dengan melakukan penelusuran di buku register dan format rekam medik pasien periode Januari sampai Desember 2012.

            Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami komplikasi persalinan di Ruang Bersalin RSU Provinsi NTB pada tahun 2012 dengan jumlah 789 orang. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu bersalin yang mengalami komplikasi persalinan di Ruang Bersalin RSUP NTB tahun 2012. Cara pengambilan sampel dengan Sistematik Random Sampling, sehingga didapatkan jumlah sampel 89 sampel.

C.     Hasil Pengamatan
a.       Analisis Univariat
            Kejadian Plasenta Previa, berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa dari total sampel sebanyak 89 orang, sampel terbanyak adalah yang tidak mengalami plasenta previa sebanyak 45 sampel (50,6%).Hal ini disebabkan karena sampel dari penelitian ini diambil dari seluruh ibu yang mengalami komplikasi persalinan dengan perbandingan lebih banyak komplikasi lain selain plasenta previa.

b.      Analisis Bivariat
            Umur dengan Kejadian Plasenta Previa Usia kurang dari 20 tahun dan meningkatkan risiko kejadian Menurut Manuaba IBG (2008)

c.       Jarak Persalinan dengan Kejadian Plasenta Previa
            Jarak persalinan merupakan faktor risiko untuk terjadinya plasenta previa. dapat dikarenakan kondisi endometrium di fundus uteri belum siap menimplantasi, sehingga plasenta mencari tempat implantasi yang lebih baik.Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi Santoso tahun 2008 yang mengatakan wanita dengan jarak kelahiran <24 bulan mempunyai kemungkinan 2 kali lebih besar untuk terjadinya plasenta previa

d.      Riwayat Abortus dengan Kejadian Plasenta Previa
            Riwayat abortus merupakan faktor risiko untuk terjadinya plasenta previa 3,04 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak memiliki riwayat abortus. disebabkan karena endometrium dianggap mengalami luka atau kecacatan, apalagi pada ibu riwayat abortus yang dilakukan tindak kuretase.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Miller, yang menyatakan wanita dengan riwayat abortus mempunyai risiko plasenta previa 4 kali lebih besar dibandingkan wanita tanpa riwayat abortus.


SOLUSIO PLASENTA
A.    Definisi


            Terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang implantasinya normal, sebelum janin dilahirkan, pada masa kehamilan atau persalinan, disertai perdarahan pervaginam, pada usia kehamilan  20 minggu.

B.     Hasil Pengamatan


Klasifikasi
a.       Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta
b.      Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan
c.       Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya.

Etiologi
1.      Faktor kardio-reno-vaskuler
2.      Faktor trauma
3.      Faktor paritas ibu
4.      Faktor usia ibu
5.      Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma
6.      Faktor pengunaan kokain
7.      Faktor kebiasaan merokok
8.      Riwayat solusio plasenta sebelumnya
9.      Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain


RUPTUREN UTERI
A.    Definisi

            Uterine pecah adalah peristiwa berpotensi bencana saat melahirkan dimana integritas dinding miometrium dilanggar. Dalam pecah lengkap peritoneum masih utuh. Dengan pecahnya lengkap isi rahim dapat tumpah ke rongga peritoneum atau ligamentum yang luas. Sebuah ruptur uteri adalah peristiwa yang mengancam hidup bagi ibu dan bayi.
Sebuah pecah rahim biasanya terjadi selama persalinan aktif, tapi mungkin sudah berkembang selama akhir kehamilan.
Uterine dehiscence adalah kondisi serupa, tetapi melibatkan lapisan lebih sedikit, perdarahan kurang, dan kurang berisiko.

B.     Hasil Pengamatan
           Podewitz dan Perrel mengemukakan bahwa rupture uteri pada pasien hamil pasca bedah Caesar klasik dapat terjadi di luar persalinan dan usia kehamilan aterm. Kejadian rupture uteri dengan insisi uterus transversal rendah umumnya kecil. Scott(1991) mendapatkan 0,6 – 4 %, Cowan dkk (1994) mendapat 2,1%  dan beberapa peneliti lainnya.
           Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap parut bekas bedah Caesar adalah macam sayatan bedah Caesar primer ,indikasi bedah Caesar primer, letak plasenta, parut berulang, derajat ketegangan uterus, jarak antara dua kehamilan dan morbiditas febris pasca bedah Caesar primer.
           Secara umum gejala rupture uteri berupa terpisahnya parut uterus yang diikuti gawat janin dan berlanjut dengan hilangnya tanda kahidupan janin, kemudian berturut-turut perdarahan revagina, nyeri perut bawah, bagian janin teraba di bawah kulit, presyok dan syok , nyeri segmen bawah uterus dan hematuria.


PREEKLAMSI RINGAN
A.    Definisi
            Preeklampsi ringan Adalah Suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakhibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel. (Prawirohardjo, 2009. 543). Sedangkan menurut ilmu kebidanan praktis :61 Adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan / atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.

B.     Hasil Pengamatan
            Preeklamsi umumnya terjadinya pada kehamilan yang pertama kali,kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita di atas 40 tahun. Faktor resiko yang lain :
1.      Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthristis
2.      Riwayat tekanan darah tinggi yang kronik sebelum kehamilan
3.      Kegemukan
4.      Riwayat mengalami preeklamsia sebelumnya
5.      Riwayat preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan
6.      Mengandung lebih dari satu orang bayi

Gejala dan tanda preeklampsia ringan yaitu:
a.       Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan setiap 6 iam.
b.      Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan setiap 6 jam.
c.       Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu.
d.      Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.

Gejalanya umum yang terjadi pada preeklamsia ringan adalah seperti bengkak pada kaki dan tangan ,protein pada urine dan tekanan darah tinggi. Selain itu ada pula cirri-ciri lain yang perlu diwaspadai seperti :
1.      Sakit kepala yang berat
2.      Berat badan meningkat secara drastis akibat penimbunan cairan dalam tubuh
3.      Nyeri perut
4.      Penurunan produksi kencing atau bahkan tidak kencing sama sekali
5.      Perubahan pada reflek
6.      Ada darah pada air kencing
7.      Pusing

      Preeklamsia dapat menyebabkan gangguan peredaran darah pada plasenta. Hal ini akan menyebabkan berat badan bayi yang dilahirkan relatif kecil, selain itu jugab menyebabkan terjadinya kelahiran prematur dan komplikasi lanjutan .


PREEKLAMSI BERAT
A.    Definisi
            Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmhg atau lebih disertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih menurut ilmu kebidanan praktis.63. Sedangkan menurut Prawirohardjo ( 2009. 544) adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan tekanan darah diastolic > 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/ 24 jam.

B.     Perumusan Masalah
            Tujuan utama penanganan ialah mencegah terjadinya preeklampia berat dan eklamsia, melahirkan janin hidup dengan trauma sekecil-kecilnya. Walaupun timbulnya preeklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan mendeteksi dini adanya Pre- Eklampsia melalui perawatan kehamilan yang baik yang meliputi 3 aspek pokok yaitu aspek Medis, Pendidikan Kesehatan dan rujukan pada wanita hamil. Salah satu predisposisi terjadinya pre-eklapsia berat adalah ibu primigravida atau hamil pertama kali.

C.     Hasil Pengamatan
Gejala dan tanda preeklampsia berat.
a.       Tekanan darah 160/110 mmHg
b.      Oliguria, urin < 400 cc/24 jam.
c.       Proteinuria lebih dari 3 gr/liter

·         Etiologi dan Patofisiologi
Sebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. tidak ada yang memberikan jawabanyang memuaskan.
·         Patogenesis PIH ( Pregnancy-Induced Hypertension )
Etiologi PIH tidak diketahui tetapi semakin banyak bukti bahwa gangguan ini disebabkan oleh gangguan imunologik dimana produksi antibodi penghambat berkurang. Hal ini dapat menghambat invasi arteri spiralis ibu oleh trofoblas sampai batas tertentu hingga mengganggu fungsi placenta.

1.      Faktor Predisposisi
a.      Faktor usia: Faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya preeklampsia/ eklampsia. Usia wanita remaja pada kehamilan pertama atau nulipara umur belasan tahun dan manita hamil yang berusia diatas 35 tahun memiliki resiko yang lebih besar terkena preeklamsi.
b.      Faktor sosial ekonomi : Meskipun Chesley (1974) tidak sependapat, beberapa ahli menyimpulkan bahwa wanita dengan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik akan lebih jarang menderita preeclampsia. Status social mempunyai risiko yang sama, tetapi kelompok masyarakat yang miskin biasanya tidak mampu untuk membiayai perawatan kesehatan sebagai mana mestinya. Bahkan orang miskin tidak percaya dan tidak mau menggunakan fasilitas pelayanan medis walupun tersedia. Mereka itulah yang mempunyai risiko untuk mengalami eklampsia.
c.       Faktor genetika : Terdapat bukti bahwa pre-eklampsia merupakan penyakit yang diturunkan penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita eklampsia. Atau mempunyai riwayat preeklampsia/eklampsia dalam keluarga.


EKLAMSIA
A.    Definisi
            Eklamsi adalah masalah serius pada masa kehamilan akhir yang ditandai dengan kejang tonik klonik atau bahkan koma. Eklampsia merupakan akibat yang ditimbulkan oleh pre-eklampsia dengan persentase kemunculan antara 0,3% sampai 0,7% pada negara berkembang. Seperti pre-eklampsia, penyebab pasti eklampsia belum diketahui sehingga menjadi sulit untuk dicegah kemunculannya.

B.     Hasil Pengamatan
            Dari hasil uji statistik untuk menganalisa hubungan antara usia terhadap preeklampsia dengan bantuan computer menggunakan uji Koefisien Kontingensi.

            Hubungan atau korelasi antara usia terhadap preeklampsia mempunyai tingkatan rendah. Hal tersebut sesuai dengan Gunawan S (2010), bahwa usia yang baik untuk hamil dan bersalin adalah antara 20-35 tahun, pada usia tersebut alat reproduksi wanita telah berkembang dan berfungsi secara maksimal. Sebaliknya pada wanita dengan usia < 20 tahun atau >35 tahun kurang baik untuk hamil maupun melahirkan karena kehamilan pada usia ini memiliki resiko tinggi terjadinya keguguran, atau kegagalan persalinan, bahkan bisa menyebabkan kematian. Pada wanita dengan usia < 20 tahun perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologisnya belum optimal serta belum tercapainya emosi dan kejiwaan yang cukup matang dan akhirnya akan mempengaruhi janin yang dikandungnya hal ini akan meningkatkan terjadinya gangguan kehamilan dalam bentuk preeklampsia dan eklampsia akibat adanya gangguan sel endotel, selain itu preeklampsia juga terjadi pada usia > 35 tahun diduga akibat hipertensi yang diperberat oleh kehamilan.            Oleh karena itu insiden hipertensi meningkat diatas 35 tahun hal ini menurut Rochjati,P (2003), disebabkan terjadinya perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi, selain itu menurut Potter,PA (2005), juga diakibatkan karena tekanan darah yang meningkat seiring dengan pertumbuhan usia sehingga pada usia> 35 tahun atau lebih rentan terjadinya berbagai penyakit dalam bentuk hipertensi dan eklampsia.

            Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan opini bahwa preeklamsia sering terjadi terjadi pada usia tua atau diatas 35 tahun karena pada usia tersebut selain terjadi kelemahan fisik dan terjadi perubahan pada jaringan dan alat kandungan serta jalan lahir tidak lentur lagi. Pada usia tersebut cenderung didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu salah satunya hipertensi, hal ini mungkin dikarenakan tekanan darah tinggi yang meningkat seiring dengan penambahan usia oleh karena itu kita sebagai bidan perlu tingkatkan dalam pelayanan kebidanan khususnya untuk pencegahan preeklamsia yaitu memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu hamil untuk meemeriksakan kehamilan secara teratur, sehingga lebih awal terdeteksi dan mendapat penanganan secara dini, tetapi preeklamsia juga bisa terjadi pada usia reproduksi yang sehat antara 20-35 tahun, kesenjangan ini mungkin terjadi karena preeklamsia dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya faktor genetik, paritas, kehamilan ganda dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Cunningham, F. Gary [et.al..]. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
2.      Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP
3.      Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N. Penatalaksanaan Perdarahan Antepartum. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNHAS; 1997. 3-8.
4.      Pritchard JA, MacDonald PC, Gant NF. Williams Obstetrics, 20th ed. R Hariadi, R Prajitno Prabowo, Soedarto, penerjemah. Obstetri Williams. Edisi 20. Surabaya: Airlangga University Press, 2001; 456-70.
5.      Brudenell, Michael. 1996. Diabetes pada Kehamilan. Jakarta : EGC
6.      Gray, Huon H [et.al..]. 2009. Kardiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga
7.      Moechtar R. Pedarahan Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri Patologis, Edisi II. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998; 279
8.      Chalik TMH. Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika, 1997; 109-26.

 Selamat dan Semangat Belajar. Terimakasih :)


 

Ririn Saputri Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Provided By Free Blogger Templates | Freethemes4all.com

Free Website templatesSEO Web Design Agencyfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates