Sabtu, 30 Mei 2015

Perubahan Psikologi Pada Ibu Nifas

Diposting oleh Unknown di 19.32 0 komentar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Setelah persalinan wanita akan mengalami masa puerperium, untuk dapat mengembalikan alat genitalia interna kedalam keadaan normal, dengan tenggang waktu sekitar 42 hari atau enam minggu atau satu bulan tujuh hari.(Ilmui kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, Manuaba, hal 195).
Masa nifas akan menyebabkan terjadinya perubahan – perubahan pada organ reproduksi. Begitupun halnya dengan kondisi kejiwaan ( psikologis ) ibu, juga mengalami perubahan. Dari yang semula belum memiliki anak, kemudian lahirlah seorang bayi mungil nan lucu yang kini mendampingi ibu. Menjadi orangtua merupakan suatu krisis tersendiri dan ibu harus mampu melewati masa transisi. Secara psikologi, seorang ibu akan mengalami gejala – gejala psikiatrik setelah melahirkan.
Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis,yaitu:
1.      Perubahan fisik
2.      Involusi uterus dan pengeluaran lochia
3.      Laktasi/pengeluaran ASI
4.      Perubahan psiikis
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan seblum hamil. Perubahan-perubahan alat-alat genital ini dalam keseluruhannya disebit involusi.(Ilmu Kebidanan, Sarwono, hal.237).
1.2  Rumusan Masalah
1.         Apa pengertian dari masa nifas ?
2.         Apa saja klasifikasi pada masa nifas ?
3.         Bagaimana perubahan psikologis pada masa nifas ?
4.         Apa gangguan psikologis masa nifas ?
5.         Sebutkan kunjungan pada masa nifas ?
6.         Bagaimana peran dan tanggungjawab bidan pada masa nifas?
7.         Kasus depresi berat postpartum dan penatalaksanaan ?
1.3  Tujuan
Agar kita mengetahui cara memberi asuhan kebidanan pada ibu post partum dengan tepat dan benar sehingga tidak terjadi komplikasi, yang dapat mengakibatkan kematian pada ibu.






BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6-40 hari. Lamanya masa nifas ini yaitu ± 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
2.2  Klasifikasi
Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
1.         Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan.
2.         Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
3.         Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu – minggu, berbulan – bulan atau tahunan.
2.3  Perubahan Psikologis Dalam Masa Nifas
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :
1.         Fase taking in
Merupakan periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu
fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
2.         Fase taking hold
Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
3.         Fase letting go
fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang verlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat. Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya keadaan ini disebut baby blues.
2.4  Gangguan Psikologis Masa Nifas
1.         Post Partum Blues
Merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi atau Gangguan efek ringan ( gelisah, cemas, lelah ) yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan.
1.        Faktyor Penyebab
a.         Faktor Hormonal, Berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin,dan estriol yang yang terlalu rendah.
b.        Faktor Usia.
c.         Pengalam dalam pross kehamilan dan persalinan.
d.        Adanya perasaan belum siap menghadapi lahirnya bayi.
e.         Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkakan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi, serta keadekuatan dukungan sosial lingkungannya.
2.        Gejala
Reaksi depresi/sedih, menagis, mudah tersinggun atau iritabilitas, cemas, labil perasaan, cendrung menyalahkan diri sendiri,gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.

3.        Pencegahan
a.              beristirahat ketika bayi tidur
b.             Berolah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
c.              tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
d.             bicarakan rasa cemas dan komunikasikanbersikap fleksibel dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
4.        Penanganan
a.         Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik.
b.        Dengan dukungan keluarga dalam mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan masa nifas cara peningkatan support
c.         meningkatkan support mental atau dukungan keluarga dalam mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan masa nifas.
2.         Depresi Post partum
Depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari.
1.        Faktor Penyebab
a.         Faktor konstitusional
Gangguan post partum berkaitan dengan riwayat obstetri yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin, serta adanya komplikasi atau tidak dari kehamilan dan persalinan sebelumnya.
b.        Faktor fisik
Terjadi karena ketidakseimbangan hormonal, Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone.
c.         Faktor psikologi
Paralihan yang cepat dari keadaan “ 2 dalam 1 “, pada akhir kehamilan menjadi dua individu. Yaitu ibu dan anak yang bergantung pada penyesuaian psikologis individu.
2.        Gejala
a.         Kelelahan dan perubahan mood
b.        Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
c.         Tidak mau berhubungan dengan orang lain
d.        Tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
3.        Penanganan
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat  sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
a.              beristirahat dengan baik
b.             berolahraga yang ringan
c.              berbagi cerita dengan orang lain
d.             bersikap fleksible
e.              bergabung dengan orang-oarang baru
b.             sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
2.5  Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan masa nifas terdiri dari :
1.         Kunjungan I (6- 8 jam setelah persalinan)
Tujuannya :
a.         Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b.        Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila perdarahan berlanjut
c.         Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
d.        Pemberian ASI awal.
e.         Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f.          Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
2.         Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
Tujuannya:
a.         Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b.        Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
c.         Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat
d.        Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda – tanda penyakit.
e.         Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari.
3.         Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
Tujuannya :
a.         Mengevaluasi perjalanan postpartum, kesejahteraan ibu dan bayi
b.        Mengevaluasi kemajuan psikologis ibu terhadap peran baru dan pengalaman persalinan
c.         Eratkan hubungan saling percaya dan konseling sesuai kebutuhan
4.         Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
Tujuannya
a.         Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami
b.        Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998).
2.6  Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain:
1.         Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas
2.         Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3.         Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4.         Membuat kebijakan perencanaan program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi
5.         Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
6.         Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman
7.         Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8.         Memberikan asuhan kebidanan secara professional.
                          










BAB III
KASUS
Kisah Aniek Qori'ah Sriwijaya (31) di Bandung, Jawa Barat, meski belum ada kepastian tentang penyakit apa yang dideritanya. Anak dokter dan lulusan Planologi ITB dengan IPK di atas 3 ini baru hanya diduga mengalami gangguan jiwa. Aniek membekap 3 anaknya dengan rentang usia 9 bulan hingga 6 tahun dengan bantal dan kasur hingga tewas pada 8-9 Juni 2006. Alasannya? Aniek takut tidak bisa membahagiakan anak-anaknya. Aniek bahkan kemudian heran, kok bisa dirinya membunuh anak-anaknya. Jika di Indonesia belum banyak analisa apalagi yayasan untuk depresi postpartum, lain halnya di luar negeri. Salah satunya American Psychiatric Association (APA). Presiden APA, Paul Appelbaum, dalam artikelnya di CNN 27 Juni 2001 memaparkan, depresi postpartum menimpa kondisi kejiwaan beberapa kaum ibu setelah melahirkan.    Menangis tanpa alasan, mood yang cepat berubah dan cepat marah, atau "baby blues" dialami sekitar 70 persen perempuan setelah melahirkan. Bentuknya bukan depresi klinis dan biasanya berhenti setelah 2 minggu. Namun 10 hingga 20 persen ibu melahirkan didiagnosa menderita depresi postpartum. Dan 1 atau 2 dari 1.000 ibu akan mengalami sakit jiwa akibatnya. Salah satu bentuk kegilaannya adalah halusinasi pendengaran. "Mereka mendengar suara-suara yang meminta mereka menyakiti diri sendiri atau bayi mereka. Atau mereka mendengar suara yang mengatakan bayinya milik iblis dan mereka harus membunuh bayinya untuk membunuh iblis," kata spesialis penyakit depresi postpartum ini. Ibu yang mengalami depresi postpartum memiliki 50 persen kemungkinan bertambah parah dengan kelahiran berikutnya. Ibu yang menderita berat akibat penyakit ini akan mempertimbangkan tidak lagi memiliki anak tambahan.
1.        Berikut beberapa gejala depresi postpartum:
a.         Merasa tidak mampu mencintai bayi atau keluarga.
b.         Perhatian maupun cemas secara berlebihan tentang bayi atau justru kurang  perhatian maupun perasaan terhadap bayi.
c.          Gelisah atau panik akan ada serangan-serangan.
d.         Tidak bisa tidur atau justru banyak tidur.
e.         Perubahan selera makan.
f.           Marah terhadap bayinya, rekan-rekan, atau anggota keluarga lainnya.
g.         Takut menyakiti bayi. Pikiran ini bisa jadi obsesif sehingga jadi takut ditinggal sendirian di dalam rumah bersama bayi.
h.         Lekas marah.
2.        Penatalaksanaan untuk kasus ini ialah:
1.         Sebagai tenaga kesehatan khususnya Bidan kita harus memberi dorongan kepada sang ibu untuk lebih mencintai dan menyayangi anak-anak.
2.         Memberi konseling
3.         Dorongan dari keluarga terlebih suami sangat dibutuhkan. Hal ini sangat berkaitan dengan peran sebagai seorang ayah
4.         Keluarga dari pihak ibu maupun suami serta lingkungan juga harus saling mendukung peran ibu dalam mengurus anak.


BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.
Gangguan psikologi post partum diantaranya depresi post parum, post partum blues, dan post partum psikosa.
Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelahh persalinan.
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari.Post partum psikosa dalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan.
4.2  Saran
Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat mengetahui dan mengerti tentang asuhan pada ibu nifas sehingga dapat memberikan pelayanan seoptimal mungkin pada setiap ibu post partum agar keadaan ibu dan janin tetap baik.



DAFTAR PUSTAKA


 Selamat dan Semangat Belajar. Terimakasih :)

Sabtu, 30 Mei 2015

Perubahan Psikologi Pada Ibu Nifas


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Setelah persalinan wanita akan mengalami masa puerperium, untuk dapat mengembalikan alat genitalia interna kedalam keadaan normal, dengan tenggang waktu sekitar 42 hari atau enam minggu atau satu bulan tujuh hari.(Ilmui kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, Manuaba, hal 195).
Masa nifas akan menyebabkan terjadinya perubahan – perubahan pada organ reproduksi. Begitupun halnya dengan kondisi kejiwaan ( psikologis ) ibu, juga mengalami perubahan. Dari yang semula belum memiliki anak, kemudian lahirlah seorang bayi mungil nan lucu yang kini mendampingi ibu. Menjadi orangtua merupakan suatu krisis tersendiri dan ibu harus mampu melewati masa transisi. Secara psikologi, seorang ibu akan mengalami gejala – gejala psikiatrik setelah melahirkan.
Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis,yaitu:
1.      Perubahan fisik
2.      Involusi uterus dan pengeluaran lochia
3.      Laktasi/pengeluaran ASI
4.      Perubahan psiikis
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan seblum hamil. Perubahan-perubahan alat-alat genital ini dalam keseluruhannya disebit involusi.(Ilmu Kebidanan, Sarwono, hal.237).
1.2  Rumusan Masalah
1.         Apa pengertian dari masa nifas ?
2.         Apa saja klasifikasi pada masa nifas ?
3.         Bagaimana perubahan psikologis pada masa nifas ?
4.         Apa gangguan psikologis masa nifas ?
5.         Sebutkan kunjungan pada masa nifas ?
6.         Bagaimana peran dan tanggungjawab bidan pada masa nifas?
7.         Kasus depresi berat postpartum dan penatalaksanaan ?
1.3  Tujuan
Agar kita mengetahui cara memberi asuhan kebidanan pada ibu post partum dengan tepat dan benar sehingga tidak terjadi komplikasi, yang dapat mengakibatkan kematian pada ibu.






BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6-40 hari. Lamanya masa nifas ini yaitu ± 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
2.2  Klasifikasi
Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
1.         Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan.
2.         Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
3.         Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu – minggu, berbulan – bulan atau tahunan.
2.3  Perubahan Psikologis Dalam Masa Nifas
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :
1.         Fase taking in
Merupakan periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu
fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
2.         Fase taking hold
Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
3.         Fase letting go
fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang verlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat. Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya keadaan ini disebut baby blues.
2.4  Gangguan Psikologis Masa Nifas
1.         Post Partum Blues
Merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi atau Gangguan efek ringan ( gelisah, cemas, lelah ) yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan.
1.        Faktyor Penyebab
a.         Faktor Hormonal, Berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin,dan estriol yang yang terlalu rendah.
b.        Faktor Usia.
c.         Pengalam dalam pross kehamilan dan persalinan.
d.        Adanya perasaan belum siap menghadapi lahirnya bayi.
e.         Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkakan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi, serta keadekuatan dukungan sosial lingkungannya.
2.        Gejala
Reaksi depresi/sedih, menagis, mudah tersinggun atau iritabilitas, cemas, labil perasaan, cendrung menyalahkan diri sendiri,gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.

3.        Pencegahan
a.              beristirahat ketika bayi tidur
b.             Berolah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
c.              tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
d.             bicarakan rasa cemas dan komunikasikanbersikap fleksibel dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
4.        Penanganan
a.         Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik.
b.        Dengan dukungan keluarga dalam mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan masa nifas cara peningkatan support
c.         meningkatkan support mental atau dukungan keluarga dalam mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan masa nifas.
2.         Depresi Post partum
Depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari.
1.        Faktor Penyebab
a.         Faktor konstitusional
Gangguan post partum berkaitan dengan riwayat obstetri yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin, serta adanya komplikasi atau tidak dari kehamilan dan persalinan sebelumnya.
b.        Faktor fisik
Terjadi karena ketidakseimbangan hormonal, Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone.
c.         Faktor psikologi
Paralihan yang cepat dari keadaan “ 2 dalam 1 “, pada akhir kehamilan menjadi dua individu. Yaitu ibu dan anak yang bergantung pada penyesuaian psikologis individu.
2.        Gejala
a.         Kelelahan dan perubahan mood
b.        Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
c.         Tidak mau berhubungan dengan orang lain
d.        Tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
3.        Penanganan
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat  sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
a.              beristirahat dengan baik
b.             berolahraga yang ringan
c.              berbagi cerita dengan orang lain
d.             bersikap fleksible
e.              bergabung dengan orang-oarang baru
b.             sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
2.5  Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan masa nifas terdiri dari :
1.         Kunjungan I (6- 8 jam setelah persalinan)
Tujuannya :
a.         Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b.        Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila perdarahan berlanjut
c.         Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
d.        Pemberian ASI awal.
e.         Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f.          Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
2.         Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
Tujuannya:
a.         Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b.        Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
c.         Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat
d.        Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda – tanda penyakit.
e.         Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari.
3.         Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
Tujuannya :
a.         Mengevaluasi perjalanan postpartum, kesejahteraan ibu dan bayi
b.        Mengevaluasi kemajuan psikologis ibu terhadap peran baru dan pengalaman persalinan
c.         Eratkan hubungan saling percaya dan konseling sesuai kebutuhan
4.         Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
Tujuannya
a.         Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami
b.        Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998).
2.6  Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain:
1.         Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas
2.         Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3.         Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4.         Membuat kebijakan perencanaan program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi
5.         Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
6.         Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman
7.         Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8.         Memberikan asuhan kebidanan secara professional.
                          










BAB III
KASUS
Kisah Aniek Qori'ah Sriwijaya (31) di Bandung, Jawa Barat, meski belum ada kepastian tentang penyakit apa yang dideritanya. Anak dokter dan lulusan Planologi ITB dengan IPK di atas 3 ini baru hanya diduga mengalami gangguan jiwa. Aniek membekap 3 anaknya dengan rentang usia 9 bulan hingga 6 tahun dengan bantal dan kasur hingga tewas pada 8-9 Juni 2006. Alasannya? Aniek takut tidak bisa membahagiakan anak-anaknya. Aniek bahkan kemudian heran, kok bisa dirinya membunuh anak-anaknya. Jika di Indonesia belum banyak analisa apalagi yayasan untuk depresi postpartum, lain halnya di luar negeri. Salah satunya American Psychiatric Association (APA). Presiden APA, Paul Appelbaum, dalam artikelnya di CNN 27 Juni 2001 memaparkan, depresi postpartum menimpa kondisi kejiwaan beberapa kaum ibu setelah melahirkan.    Menangis tanpa alasan, mood yang cepat berubah dan cepat marah, atau "baby blues" dialami sekitar 70 persen perempuan setelah melahirkan. Bentuknya bukan depresi klinis dan biasanya berhenti setelah 2 minggu. Namun 10 hingga 20 persen ibu melahirkan didiagnosa menderita depresi postpartum. Dan 1 atau 2 dari 1.000 ibu akan mengalami sakit jiwa akibatnya. Salah satu bentuk kegilaannya adalah halusinasi pendengaran. "Mereka mendengar suara-suara yang meminta mereka menyakiti diri sendiri atau bayi mereka. Atau mereka mendengar suara yang mengatakan bayinya milik iblis dan mereka harus membunuh bayinya untuk membunuh iblis," kata spesialis penyakit depresi postpartum ini. Ibu yang mengalami depresi postpartum memiliki 50 persen kemungkinan bertambah parah dengan kelahiran berikutnya. Ibu yang menderita berat akibat penyakit ini akan mempertimbangkan tidak lagi memiliki anak tambahan.
1.        Berikut beberapa gejala depresi postpartum:
a.         Merasa tidak mampu mencintai bayi atau keluarga.
b.         Perhatian maupun cemas secara berlebihan tentang bayi atau justru kurang  perhatian maupun perasaan terhadap bayi.
c.          Gelisah atau panik akan ada serangan-serangan.
d.         Tidak bisa tidur atau justru banyak tidur.
e.         Perubahan selera makan.
f.           Marah terhadap bayinya, rekan-rekan, atau anggota keluarga lainnya.
g.         Takut menyakiti bayi. Pikiran ini bisa jadi obsesif sehingga jadi takut ditinggal sendirian di dalam rumah bersama bayi.
h.         Lekas marah.
2.        Penatalaksanaan untuk kasus ini ialah:
1.         Sebagai tenaga kesehatan khususnya Bidan kita harus memberi dorongan kepada sang ibu untuk lebih mencintai dan menyayangi anak-anak.
2.         Memberi konseling
3.         Dorongan dari keluarga terlebih suami sangat dibutuhkan. Hal ini sangat berkaitan dengan peran sebagai seorang ayah
4.         Keluarga dari pihak ibu maupun suami serta lingkungan juga harus saling mendukung peran ibu dalam mengurus anak.


BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.
Gangguan psikologi post partum diantaranya depresi post parum, post partum blues, dan post partum psikosa.
Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelahh persalinan.
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari.Post partum psikosa dalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan.
4.2  Saran
Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat mengetahui dan mengerti tentang asuhan pada ibu nifas sehingga dapat memberikan pelayanan seoptimal mungkin pada setiap ibu post partum agar keadaan ibu dan janin tetap baik.



DAFTAR PUSTAKA


 Selamat dan Semangat Belajar. Terimakasih :)

 

Ririn Saputri Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Provided By Free Blogger Templates | Freethemes4all.com

Free Website templatesSEO Web Design Agencyfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates